Falsafah Jawa: Sedulur Papat Kalima Pancer:
Falsafah Sedulur Papat Kalima Pancer adalah
falsafah Jawa Kuno yang memiliki makna
spiritual teramat dalam. Kelima elemen dasar
dalam falsafah tersebut berbicara tentang
kelahiran seorang manusia (jabang bayi)
yang tidak lepas dari empat duplikasi
penyertanya. Duplikasi tersebut dimaknai
sebagai sedulur (saudara) yang tak kasat
mata, yang akan menyertai kehidupan
seseorang sejak lahir hingga matinya.
Mereka itu antara lain:
1. Watman : yaitu rasa cemas / kawatir dari
seorang ibu ketika hendak melahirkan
anaknya. Ibu harus berjuang antara hidup
dan mati dalam proses kelahiran. Watman
adalah saudara tertua yang menyiratkan
betapa utamanya sikap menaruh hormat dan
sujud pada orang tua khususnya ibu. Kasih
sayang, perhatian dan doa ibu adalah
kekuatan yang akan mengiringi perjalanan
hidup sang anak.
2. Wahman : yaitu kawah atau air ketuban.
Fungsi air ketuban adalah menjaga agar
janin dalam kandungan tetap aman dari
goncangan. Ketika proses kelahiran terjadi,
air ketuban pecah dan musnah menyatu
dengan alam, namun secara metafisik ia
tetap ada sebagai saudara penjaga dan
pelindung.
3. Rahman : yaitu darah persalinan. Darah
adalah gambaran kehidupan, nyawa dan
semangat. Darah persalinan pada akhirnya
musnah dan menyatu dengan alam, namun
secara metafisik ia tetap ada sebagai
saudara yang memberi semangat dalam
perjuangan mengarungi kehidupan. Darah
juga gambaran kesehatan jasmani dalam
hidup seseorang.
4. Ariman : yaitu ari-ari atau plasenta. Fungsi
ari-ari adalah sebagai saluran makanan bagi
janin dalam kandungan. Ariman adalah
saudara tak kasat mata yang menolong
seseorang untuk dapat mencari nafkah dan
memelihara kehidupannya.
Dan sebagai yang kelima adalah Pancer
(Pusat) yaitu si jabang bayi itu sendiri. Ketika
jabang bayi itu lahir, tumbuh dan dewasa,
maka ia tidaklah sendirian. Keempat
saudaranya Watman, Wahman, Rahman dan
Ariman senantiasa menemani secara
metafisik. Mereka adalah saudara penolong
dalam mengarungi kehidupan hingga
seseorang kembali lagi pada Sang Pencipta.
Pancer atau Pusat juga dimaknai sebagai
“Ruh” yang ada dalam diri manusia, yang
akan mengendalikan kesadaran seseorang
agar tetap “eling lan waspodo”, ingat pada
Sang Pencipta dan menjadi insan yang
bijaksana. Jadi sedulur papat berperan
sebagai potensi / energi aktif, sedangkan
pancer sebagai pengendali kesadarannya.
Kesadaran kosmik tentang adanya saudara
penyerta dalam falsafah Sedulur 4 Ka-5
Pancer pada akhirnya akan mengaktifkan
potensi dalam diri seseorang. Seseorang
yang mampu menggali potensi Sedulur
Papat Kalima Pancer akan menjadi seseorang
yang sukses seutuhnya. Pada tingkat
kesadaran tertentu orang tersebut bahkan
dipercaya dapat mencapai “kesaktian” yang
supranatural.
Dalam persepsi moralitas dan spiritualitas,
orang yang memiliki kesadaran Sedulur
Papat Kalima Pancer dapat dimaknai sebagai
orang yang memiliki etika tinggi. Etika ini
mencakup seluruh aspek kehidupan manusia
dalam berbagai hubungan dan perannya
dalam masyarakat. Dalam keluarga,
pekerjaan, pendidikan, kerohanian,
kesehatan maupun hubungan-hubungan
sosial lainnya. Banyak orang mengklaim
dirinya sukses, tapi hanya dalam bisnis saja,
sedangkan rumah tangganya berantakan,
tubuhnya sakit-sakitan, jiwanya tertekan. Ini
bukan sukses yang sejati.
Falsafah Sedulur 4 Ka-5 Pancer merupakan
falsafah dasar yang kemudian dapat
dikembangkan dalam berbagai pakem-pakem
Jawa. Misalnya pakem tentang hari-hari
Jawa, yaitu pasaran Legi (Timur), Pahing
(Selatan), Pon (Barat), Wage (Utara) dan
Kliwon (Tengah/Pusat). Dalam tradisi
pewayangan juga dikenal tokoh Punakawan:
Semar, Petruk, Gareng, Bagong yang
menemani dan melayani tokoh pusat yaitu
Arjuna. Hal ini juga menggambarkan
keempat kuda pada kereta perang Arjuna
yang dikendalikan oleh kusirnya yaitu Krisna.
Pada periode Islam Jawa, dikenal pula
keyakinan tentang malaikat penyerta yaitu
Jibril, Mikail , Isrofil, dan Ijro’il yang akan
membawa seseorang mencapai Sidrathul
Muntaha atau menyertai hidup manusia
hingga mati menghadap kepada Sang Ilahi.
Seperti yang sudah-sudah, falsafah Jawa
selalu sarat dengan perlambangan, sehingga
ia kaya akan interpretasi tanpa mengeliminir
substansi-nya. Demikian pula falsafah
Sedulur 4 Ka-5 Pancer, secara normatif
dapat berupa perlambangan untuk makna
yang jauh labih hakiki. Sedulur 4
menggambarkan elemen dasar dalam diri
manusia (ego) yaitu Cipta, Rasa, Karsa dan
Karya.
1. CIPTA adalah pikiran, sumber dari segala
logika, idea, imajinasi, kreativitas dan ambisi.
Pikiran adalah manipulasi otak atas
informasi untuk membentuk konsep,
penalaran dan pengambilan keputusan.
2. RASA adalah emosi atau reaksi afekif atas
peristiwa dan pengalaman hidup. Berbagai
ekspresi emosi begitu kaya, bahkan jauh
lebih kaya daripada bahasa yang dapat
mengungkapkannya.
3. KARSA adalah kehendak atau niat, yaitu
motivasi dalam diri individu untuk
melaksanakan keputusan dan rencananya.
Seseorang dapat termotivasi oleh
rangsangan dari luar, namun sebaliknya juga
dari dalam dirinya sendiri.
4. KARYA adalah tindakan, yaitu aspek
psikomotor dalam diri individu yang
menghasilkan suatu wujud konkret, sehingga
dapat dikenali dan berdampak bagi
lingkungan sekitarnya.
Keempat elemen dasar dalam diri manusia
di atas akan menjadi “efektif” apabila
manusia tersebut dikontrol oleh Pancer /
kunci yang disebut dengan KESADARAN yang
biasa diistilahkan dengan “eling”. Di sinilah
letak perjuangan spiritual sesungguhnya.
Ketika katup-katup kesadaran mampu
dibuka, maka potensi 4 elemen dasar
manusia akan menjadi kekuatan “quantum”
yang luar biasa, memiliki daya ledak,
menjadikan seseorang menjadi insan
seutuhnya, sukses lahir batin, satria
pinandhita sinisihan wahyu!
Falsafah Sedulur Papat Kalima Pancer adalah
falsafah Jawa Kuno yang memiliki makna
spiritual teramat dalam. Kelima elemen dasar
dalam falsafah tersebut berbicara tentang
kelahiran seorang manusia (jabang bayi)
yang tidak lepas dari empat duplikasi
penyertanya. Duplikasi tersebut dimaknai
sebagai sedulur (saudara) yang tak kasat
mata, yang akan menyertai kehidupan
seseorang sejak lahir hingga matinya.
Mereka itu antara lain:
1. Watman : yaitu rasa cemas / kawatir dari
seorang ibu ketika hendak melahirkan
anaknya. Ibu harus berjuang antara hidup
dan mati dalam proses kelahiran. Watman
adalah saudara tertua yang menyiratkan
betapa utamanya sikap menaruh hormat dan
sujud pada orang tua khususnya ibu. Kasih
sayang, perhatian dan doa ibu adalah
kekuatan yang akan mengiringi perjalanan
hidup sang anak.
2. Wahman : yaitu kawah atau air ketuban.
Fungsi air ketuban adalah menjaga agar
janin dalam kandungan tetap aman dari
goncangan. Ketika proses kelahiran terjadi,
air ketuban pecah dan musnah menyatu
dengan alam, namun secara metafisik ia
tetap ada sebagai saudara penjaga dan
pelindung.
3. Rahman : yaitu darah persalinan. Darah
adalah gambaran kehidupan, nyawa dan
semangat. Darah persalinan pada akhirnya
musnah dan menyatu dengan alam, namun
secara metafisik ia tetap ada sebagai
saudara yang memberi semangat dalam
perjuangan mengarungi kehidupan. Darah
juga gambaran kesehatan jasmani dalam
hidup seseorang.
4. Ariman : yaitu ari-ari atau plasenta. Fungsi
ari-ari adalah sebagai saluran makanan bagi
janin dalam kandungan. Ariman adalah
saudara tak kasat mata yang menolong
seseorang untuk dapat mencari nafkah dan
memelihara kehidupannya.
Dan sebagai yang kelima adalah Pancer
(Pusat) yaitu si jabang bayi itu sendiri. Ketika
jabang bayi itu lahir, tumbuh dan dewasa,
maka ia tidaklah sendirian. Keempat
saudaranya Watman, Wahman, Rahman dan
Ariman senantiasa menemani secara
metafisik. Mereka adalah saudara penolong
dalam mengarungi kehidupan hingga
seseorang kembali lagi pada Sang Pencipta.
Pancer atau Pusat juga dimaknai sebagai
“Ruh” yang ada dalam diri manusia, yang
akan mengendalikan kesadaran seseorang
agar tetap “eling lan waspodo”, ingat pada
Sang Pencipta dan menjadi insan yang
bijaksana. Jadi sedulur papat berperan
sebagai potensi / energi aktif, sedangkan
pancer sebagai pengendali kesadarannya.
Kesadaran kosmik tentang adanya saudara
penyerta dalam falsafah Sedulur 4 Ka-5
Pancer pada akhirnya akan mengaktifkan
potensi dalam diri seseorang. Seseorang
yang mampu menggali potensi Sedulur
Papat Kalima Pancer akan menjadi seseorang
yang sukses seutuhnya. Pada tingkat
kesadaran tertentu orang tersebut bahkan
dipercaya dapat mencapai “kesaktian” yang
supranatural.
Dalam persepsi moralitas dan spiritualitas,
orang yang memiliki kesadaran Sedulur
Papat Kalima Pancer dapat dimaknai sebagai
orang yang memiliki etika tinggi. Etika ini
mencakup seluruh aspek kehidupan manusia
dalam berbagai hubungan dan perannya
dalam masyarakat. Dalam keluarga,
pekerjaan, pendidikan, kerohanian,
kesehatan maupun hubungan-hubungan
sosial lainnya. Banyak orang mengklaim
dirinya sukses, tapi hanya dalam bisnis saja,
sedangkan rumah tangganya berantakan,
tubuhnya sakit-sakitan, jiwanya tertekan. Ini
bukan sukses yang sejati.
Falsafah Sedulur 4 Ka-5 Pancer merupakan
falsafah dasar yang kemudian dapat
dikembangkan dalam berbagai pakem-pakem
Jawa. Misalnya pakem tentang hari-hari
Jawa, yaitu pasaran Legi (Timur), Pahing
(Selatan), Pon (Barat), Wage (Utara) dan
Kliwon (Tengah/Pusat). Dalam tradisi
pewayangan juga dikenal tokoh Punakawan:
Semar, Petruk, Gareng, Bagong yang
menemani dan melayani tokoh pusat yaitu
Arjuna. Hal ini juga menggambarkan
keempat kuda pada kereta perang Arjuna
yang dikendalikan oleh kusirnya yaitu Krisna.
Pada periode Islam Jawa, dikenal pula
keyakinan tentang malaikat penyerta yaitu
Jibril, Mikail , Isrofil, dan Ijro’il yang akan
membawa seseorang mencapai Sidrathul
Muntaha atau menyertai hidup manusia
hingga mati menghadap kepada Sang Ilahi.
Seperti yang sudah-sudah, falsafah Jawa
selalu sarat dengan perlambangan, sehingga
ia kaya akan interpretasi tanpa mengeliminir
substansi-nya. Demikian pula falsafah
Sedulur 4 Ka-5 Pancer, secara normatif
dapat berupa perlambangan untuk makna
yang jauh labih hakiki. Sedulur 4
menggambarkan elemen dasar dalam diri
manusia (ego) yaitu Cipta, Rasa, Karsa dan
Karya.
1. CIPTA adalah pikiran, sumber dari segala
logika, idea, imajinasi, kreativitas dan ambisi.
Pikiran adalah manipulasi otak atas
informasi untuk membentuk konsep,
penalaran dan pengambilan keputusan.
2. RASA adalah emosi atau reaksi afekif atas
peristiwa dan pengalaman hidup. Berbagai
ekspresi emosi begitu kaya, bahkan jauh
lebih kaya daripada bahasa yang dapat
mengungkapkannya.
3. KARSA adalah kehendak atau niat, yaitu
motivasi dalam diri individu untuk
melaksanakan keputusan dan rencananya.
Seseorang dapat termotivasi oleh
rangsangan dari luar, namun sebaliknya juga
dari dalam dirinya sendiri.
4. KARYA adalah tindakan, yaitu aspek
psikomotor dalam diri individu yang
menghasilkan suatu wujud konkret, sehingga
dapat dikenali dan berdampak bagi
lingkungan sekitarnya.
Keempat elemen dasar dalam diri manusia
di atas akan menjadi “efektif” apabila
manusia tersebut dikontrol oleh Pancer /
kunci yang disebut dengan KESADARAN yang
biasa diistilahkan dengan “eling”. Di sinilah
letak perjuangan spiritual sesungguhnya.
Ketika katup-katup kesadaran mampu
dibuka, maka potensi 4 elemen dasar
manusia akan menjadi kekuatan “quantum”
yang luar biasa, memiliki daya ledak,
menjadikan seseorang menjadi insan
seutuhnya, sukses lahir batin, satria
pinandhita sinisihan wahyu!