12/24/2010

Evolusi


Professor Steve Jones,  seorang pakar genetika kenamaan dari University College, London baru-baru ini mengemukakan bahwa Evolusi Manusia sudah berhenti. Alasannya tenaga penggerak evolusi seperti seleksi alam dan mutasi genetika tidak berperan lagi dalam kehidupan manusia modern. Pernyataan ini bisa jadi menjadi peluru baru bagi kaum anti evolusi. Mereka menyindir jangan-jangan manusia memang tidak pernah berevolusi sejak pertama kali muncul di muka bumi.
Evolusi, apa itu evolusi? Apakah kita benar-benar memahaminya sehingga setiap orang merasa berkompeten untuk mendiskusikannya di luar ranah sains?  Juga kenapa evolusi melebar menjadi perdebatan sengit yang tidak kunjung usai?
Sayangnya tidak semua orang benar-benar memahami evolusi sebagai mestinya. Mereka menganggap evolusi hanyalah sekedar teori kaum ateis dan bukan fakta alam. Di lain pihak, banyak di antara kaum evolusionis yang mempertahankannya mati-matian seakan-akan evolusi adalah dogma dan falsafah hidup manusia.
Evolusi, teori atau fakta?
Sejauh menyangkut sains, evolusi adalah keduanya. Evolusi adalah teori karena memenuhi persyaratan sebagai teori. Teori adalah sekumpulan proposisi yang saling berkaitan dan didukung dengan baik, untuk menjelaskan suatu hal, bersifat bisa diuji secara empiris dan bisa memberikan prediksi. Tapi evolusi bukan hanyalah sekumpulan proposisi ilmiah, evolusi adalah fakta. Biarkan H. J. Muller menjelaskannya kepada kita sebagai berikut:
“Tidaklah terdapat batasan yang jelas antara spekulasi, hipotesis, teori, kaidah, dan fakta, yang ada hanyalah perbedaan pada skala derajat probabilitas pemikiran tersebut. Ketika kita mengatakan sesuatu adalah fakta, maka maksud kita hanyalah bahwa probabilitasnya adalah sangat tinggi: sangat tinggi sedemikian rupanya sampai-sampai kita tidak akan meragukannya dan menerimanya. Sekarang, dalam menggunakan istilah fakta ini, yang merupakan satu-satunya penggunaan yang benar, evolusi adalah sebuah fakta.”
Secara akal sehat, apakah kita pernah melihat terjadinya evolusi? Tidak, tidak seorang pun pernah mengamatinya di alam. Evolusi yang kita ketahui adalah perubahan suatu spesies sedikit demi sedikit sehingga suatu saat menjadi spesies yang baru. Tapi kita selalu melihat kucing melahirkan kucing dan bukannya tikus. Keturunan simpanse juga selalu berupa simpanse. Kita tidak pernah mendengar berita seekor kera bercucukan manusia. Tidak pernah sekalipun. Selama ribuan tahun bentuk-bentuk hewan masa kini tetap seperti yang digambarkan oleh manusia kuno pada lukisan di gua-guanya. Lantas darimana semua ide evolusi itu bermula?
Sebenarnya argumen di atas cukup menyesatkan. Sesuatu yang tidak bisa kita lihat bukan berarti sesuatu itu tidak terjadi. Evolusi memang tidak pernah terjadi pada tingkat individu. Secara genetis, individu semacam kucing tidak akan berevolusi menjadi binatang lain selama ia hidup. Tetapi populasi mengalaminya, tentu saja dalam jangka waktu yang sangat panjang sehingga tidak seorang manusia pun pernah mencatatnya. Dalam bukunya What Evolution Is, Ernst Mayr menjelaskan bahwa evolusi adalah: Genetic turnover of the individuals of every population from generation to generation. Karena itu unit terkecil evolusi adalah populasi.
Teori Evolusi didasarkan pada teramatinya fakta bahwa ada keanekaragaman dalam populasi. Begitu beragamnya sampai-sampai Darwin bertanya apakah spesimen-spesimen yang dikoleksinya waktu itu hanyalah berbeda pada tingkat variasi atau memang spesies yang berbeda.
Mari merenungkan fakta ini. Kita sudah tahu bahwa ada jutaan spesies yang telah kita kenal di muka bumi ini. Pertanyaannya adalah apakah semua spesies itu adalah spesies yang sama dengan jutaan tahun yang lalu. Maksudnya mereka tidak pernah berubah sama sekali? ARtinya jumlah spesies sekarang sama dengan jumlahnya saat bumi pertama kali didiami. Selalu konstan dari generasi ke generasi? Ehm, jujur rasio  kita tidak bisa menerimanya. Mereka pasti berubah! Dan kita yakin bahwa keanekargaman fenotip hayati saat ini merupakan dampak dari seleksi alam terhadap genotip populasi nenek moyang makhluk hidup.
Pernahkah kita melihat suatu makhluk hidup tercipta secara tiba-tiba di muka bumi? Tidak bukan? Penciptaan adalah sesuatu yang tidak masuk akal sehat. Segala sesuatu di muka bumi pastilah terjadi melalui suatu proses panjang. Tidak mungkin tiba-tiba tercipta. Manusia yang begitu rumit seperti kita tidaklah mungkin tercipta begitu saja. Manusia mengalami proses panjang sampai seperti sekarang ini. Evolusi adalah jawaban atas keingintahuan kita akan sejarah makhluk hidup.
Kalau ada yang masih tidak percaya bagaimana mungkin manusia dengan 100 triliun sel ini berasal dari nenek moyang satu sel, baiklah saya sebutkan satu fakta modern: manusia berkembang dari sel tunggal embrio.  Dan miniatur evolusi itu bernostalgia hanya dalam sembilan bulan saja dalam rahim ibu.
Anda melihat keanekaragaman spesies. Anda melihat adanya spesiasi dan usaha para biologiwan untuk mengklasifikasikannya dari mulai yang sederhana sampai ke mamamalia semacam manusia. Anda melihat susunan fosil yang bersesuaian dengan silsilah evolusi. Anda melihat adanya adaptasi pada makhluk hidup. Anda melihat asdanya homologi atau kesamaan pada berbagai spesies. Malahan  ada homologi yang universal pada setiap makhluk hidup yaitu asam nukleat. Secara jenius tapi sangat berani, Darwin menyatukan kesemua fakta itu pada satu penjelasan tunggal yaitu Evolusi, bahkan sebelum ia memahami genetika modern.
Apakah kita empunyai alternatif yang jauh lebih rasional dan logis ketimbang evolusi? Sampai sejauh ini, ilmuwan belum menemukan penjelasan yang masuk akal ketimbang evolusi. Ya, sains memang berkembang. Ada begitu banyak argumen evolusi yang belum valid, masih kekurangan data observasi, tapi penalaran yan rasional masih mengarah kepada evolusis. Mau tidak mau, suka tidak suka kita harus menerima evolusi sebagai teori tunggal.